RESENSI NOVEL “LUBANG DARI SEPARUH LANGIT”

Judul Buku : Lubang dari
Separuh Langit
Penulis : Afrizal
Malna
Penerbit : AKY
(Akademi Kebudayaan Yogyakarta)
Tahun Terbit : 2004
Jumlah Halaman : xi + 154
halaman
Ukuran Buku : 13 cm
x 19 cm
Cetakan : cetakan pertama
Sinopsis :
Buku novel berjudul Lubang
dari Separuh Langit karya Afrizal Malna tersebut menceritakan tentang seorang
wanita bernama Candi. Ia mengumpulkan potongan-potongan kuku yang digigitinya.
Potongan-potongan kuku itu ia kumpulkan di dalam toples gelas. Setelah sembilan
bulan, ia menyusun potongan-potongan kuku itu dan mulai merekamnya dengan
kamera video. Kukunya merekam lebih banyak peristiwa daripada kemampuan ingatannya.
Tiga hari kemudian ia meninggalkan kotanya yang selama 40
tahun ia huni. Kampung tempat tinggalnya di kota baru tidak pernah sepi. Di
sana Candi mulai mengenal Neneng, janda muda yang bekerja sebagai pelacur. Kata
Neneng, tidak ada yang dibayangkannya selain ibu dan adik-adiknya yang harus
dihidupi oleh Neneng.
Malam itu Candi tidur agak larut. Tiba-tiba ia mendengar
suara keras menghantam pintu rumah. Seorang lelaki penuh luka menggelosor dari
balik pintu. Candi mulai merawatnya sejak saat itu karena sampai pagi lelaki
itu belum sadar juga. Tiba-tiba ada suara ketokan pintu. Seorang preman kampung
bernama Salim yang wajahnya membuat orang lain ketakutan melihatnya. Ia mengaku
sebagai temannya Jejak, lelaki penuh luka yang semalam datang ke rumah itu.
Salim berkata bahwa Jejak telah membunuh seseorang.
Malam itu Jejak dan Wahid duduk berhadapan di atas perahu
dipisahkan oleh sebuah meja kecil ditemani sebotol minuman keras. Wahid ingin
menguasai wilayah yang selama 3 tahun aman di tangan Jejak. Perdebatan tersebut
membuat kedua preman itu berkelahi dan Wahid tenggelam di sungai sementara
Jejak yang penuh luka menepi di bibir sungai.
Suatu hari di ujung gang, Candi melihat ada sebuah mobil
trantib sedang berjaga dan siap menyergab melintasnya becak yang sedang mereka
buru. Seorang ibu yang sedang memaki-maki trantib itu ditonton oleh orang-orang
kampung. Kemudian malamnya ketika sudah hampir pukul 2 pagi, sebuah becak
meluncur tenang di jalan sepi itu. Tiba-tiba muncul mobil trantib dari belakang
dengan kecepatan tinggi menabraknya. Petugas trantib menyergab penarik becak
dan sebagian lain menaikkan becak ke atas mobil. Mobil melaju dengan kecepatan
tinggi dan melempar penarik becak ke jalanan setelah dipukuli. Candi dan
beberapa penarik becak lain mengunjunginya yang sudah meninggal itu di kamar
mayat. Para penarik becak duduk di lantai kamar mayat mendoakan si penarik
becak yang telah meninggal itu.
Esoknya, tiga ribu lebih penarik becak melewati jalanan
utama kota dengan maksud menuntut gubernur ke pengadilan. Kampung bantaran
sungai tempat tinggal Candi akhirnya digusur dan rumah-rumah dirobohkan. Entah
darimana datangnya api, salah satu mobil trantib terbakar dan seorang trantib
terlempar, Jejak memburunya. Pada akhirnya Jejak tertangkap. Kampung itu tinggal
reruntuhan. Sejak itu, rumah Candi digunakan sebagai tempat sementara untuk
orang-orang yang tergusur rumahnya. Jejak dipenjara. Ia kembali setelah 7 bulan
berlalu.
Saat masa kanak-kanak, Bayang sering mengenakan pakaian
ibunya saat beliau pergi. Panjang rok ibunya melebihi ukuran tubuhnya. Ibu
yang ia rindu. Kini Bayang berada dalam
pakaian Candi. Apa yang dilakukan Candi jika dia melihatnya memakai pakaian miliknya?
Pakaian itu kemudian dilepasnya. Ia mengambil semua pakaian yang dijemur itu
dan mulai melipatnya satu persatu.
Bayang meninggalkan rumah dengan memakai pakaian Salim. Perasaan
senang mulai menghiburnya saat ia berjalan dengan pakaian orang lain. Ia tidak
jadi pergi ke pasar dan malah mejeng di sebuah halte bis. Segera ia lepas
pakaian Salim dan menggantinya dengan pakaian Candi.
Bayang menyetop taksi yang membawanya ke kampung di
bantaran sungai yang baru saja digusur itu. Sebagian orang sempat memandang
kehadiran Bayang di kampung yang telah tergusur itu. Sebagian penduduk mulai
memasang tenda untuk tidur nanti malam. Beberapa warga tampak sedang berkumpul
membicarakan nasib anak-anak mereka.
Bayang melihat Neneng duduk bersandar di sebuah tembok
sisa gusuran. Ia kehilangan tas berisi perhiasan beserta surat gadaian TV saat
trantib merubuhkan kamar kontrakannya. Neneng mulai mengeluarkan uneg-unegnya
kepada Bayang.
Pagi harinya Bayang kembali datang ke kampung yang telah
tergusur itu dengan memakai pakaian Jejak. Ia melihat Candi di antara ibu-ibu.
Saat itu Candi sedang mewawancarai seorang ibu. Ia melewati Candi yang tak
mengenalinya. Ia kembali menuju ke rumah Candi. Ia masuk ke bagian dalam rumah.
Tiba-tiba pintu berusaha dibuka dari luar. Karena dikunci, Bayang harus segera
membukanya karena mungkin yang datang adalah Candi. Ia membuka pintu, membuat
Candi terkejut. Candi tidak tahu siapa Bayang sehingga ia mengenalkan dirinya
pada Candi bahwa ia adalah temannya Jejak. Setelah beberapa waktu membicarakan
tentang Jejak, ia merasa tidak punya alasan lagi untuk berlama-lama di rumah
Candi. Kemudian ia pamit. Bayang merasa Candi kurang menyukai kehadirannya.
Beberapa waktu setelah peristiwa itu, seorang ibu korban
gusuran yang pernah diwawancarai Candi taun lalu datang mengunjunginya. Ibu itu
telah membentuk kelompok tabungan bersama ibu-ibu lain yang hidupnya miskin.
Dan tiba-tiba ibu itu bertanya kenapa Candi tidak menikah. Karena Candi
menjawab tidak tahu, ibu itu menawarinya untuk ikut bergabung bersama mereka. Sejak
itu Candi mulai melakukan berbagai kegiatan ibu-ibu bersama mereka. Di kelompok
itu, hubungannya dengan Bu Timah yang pernah ia wawancarai bertambah dekat.
Pagi itu mereka sedang mempersiapkan aksi ke kelurahan
agar bisa mendapatkan KTP. Seluruh lahan di kota itu telah menjadi lahan
komersial. Pada saat yang sama, tampak usungan jenazah yang meninggal semalam
kembali lagi dikarenakan kelurahan tidak memberikan surat penguburan hanya
karena mayat tidak memiliki KTP. Ibu-ibu dan pengantar jenazah kemudian
mendatangi kelurahan. Akan tetapi tuntutan tidak bisa dipenuhi.
Semakin lama Candi merasa dirinya tidak berarti untuk mereka.
Ia menjadi sangat sensitif setelah itu. Ia kesepian. Dan pada suatu malam, hampir
pukul 2 pagi ia bangun. Ia mulai melangkah menyusuri bibir sungai. Kakinya
mulai menuruni bibir sungai. Ia mulai tenggelam. Tiba-tiba ia merasakan ada
tangan yang menarik rambutnya ke atas, membuat tubuhnya terseret di bibir
sungai. Lelaki itu ternyata adalah Salim, teman Jejak.
Setelah itu Candi hidup bersama Salim di gubuknya. ia
mengikuti permintan Salim untuk bekerja sebagai pelacur. Candi meminta Salim
untuk menikahi perempuan lain tetapi Salim tidak mau. Dengan perasaan sedih
Candi pergi meninggalkan Salim. Sejak saat itu ia tak pernah bertemu lagi dengan
Salim.
Suatu hari Neneng tiba-tiba datang di depan pintu gubuk
Candi. Ia bercerita bahwa sudah dua bulan ini ia menikah dengan Salim. Candi
terpukau dengan kenyataan ini. Neneng pergi dengan meninggalkan kartu namanya
untuk Candi. Kartu nama Neneng kemudian dikunyah dan ditelannya.
Kelebihan :
·
Buku
ini sangat menarik dari segi judul karena digambarkan secara konotasi
·
Mengandung
berbagai majas yang indah
·
Kata-kata
penulis dalam menggambarkan setiap paparan kejadian sangat menarik
Kekurangan :
·
Penulisan
naskah tidak menggunakan tanda petik dalam tiap dialog yang ada
·
Alur
cerita kurang jelas
·
Penulis
tidak menjelaskan gambaran tokoh-tokohnya secara jelas dan rinci
· Terlalu
banyak penggambaran kejadian dengan kalimat yang berbelit-belit sehingga menyulitkan
pembaca dalam memahami isi cerita
Kritik
saran :
Buku novel berjudul Lubang
dari Separuh Langit karya Afrizal Malna kurang tepat jika dibaca oleh anak
remaja, atau lebih tepatnya hanya pantas dinikmati oleh orang dewasa karena
beberapa kali penulis menggambarkan adegan yang kurang pantas diketahui orang
yang belum dewasa. Selain itu, buku tersebut terlau banyak memaparkan
permasalahan sosial yang tidak jelas penyelesaian masalahnya.
Penulis diharapkan lebih berhati-hati lagi dalam memilih
kata yang akan digunakan. Selain itu, penggunaan tanda baca, khususnya tanda
petik dan cara penulisan dialog harus lebih diperhatikan agar tidak menyalahi
kaidah penulisan yang benar dan supaya pembaca lebih nyaman dalam menikmati
setiap alur ceritanya.
Kesimpulan :
Buku novel berjudul Lubang
dari Separuh Langit karya Afrizal Malna memaparkan kehidupan sosial yang masih
sering terjadi dalam kehidupan saat ini, khususnya bentrokan antara alat
pemerintah dan masyarakat kalangan bawah yang pada novel tersebut digambarkan
melaui warga kampung dan petugas trantib. Penulis menggambarkan berbagai aksi warga
kampung melewati tokoh utama bernama Candi yang seakan ikut berperan dalam
setiap kejadian.
Daftar Pustaka:
Malna, Afrizal. 2004. Lubang dari Separuh Langit. Yogyakarta: AKYPRESS